Kamis, 20 Januari 2011

save the world

daya serap pohon terhadap karbondioksida


Daya Serap Pohon Terhadap Karbondioksida
Pohon atau tanaman menjadi satu-satunya makhluk hidup dan bahkan alat yang dapat menyerap gas karbondioksida untuk diubah menjadi oksigen. Seperti diketahui, karbondioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang prosentasenya terbesar di atmosfer bumi.
Tapi, tahukah kita seberapa efektifkah jenis-jenis pohon tertentu menyerap karbondioksida?
Berikut ini adalah daya serap beberapa jenis pohon terhadap karbondioksida.
No.  Nama Lokal Nama Ilmiah
Daya serap CO2
(kg/pohon/tahun)
1.  Trembesi Samanea saman 28.488,39
2.  Cassia Cassia sp 5.295,47
3.  Kenanga Canangium odoratum 756,59
4.  Pingku Dysoxylum excelsum 720,49
5.  Beringin Ficus benyamina 535,90
6.  Kirai payung Fellicium decipiens 404,83
7.  Matoa Pometia pinnata 329,76
8.  Mahoni Swettiana mahagoni 295,73
9.  Saga Adenanthera pavoniana 221,18
10.  Bungur Lagerstroemia speciosa 160,14
11.  Jati Tectona grandis 135,27
12.  Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51
13.  Johar Cassia grandis 116,25
14.  Sirsak Annona muricata 75,29
15.  Puspa Schima wallichii 63,31
16.  Akasia Acacia auriculiformis 48,68
17.  Flamboyan Delonix regia 42,20
18.  Sawo kecik Manilkara kauki 36,19
19  Tanjung Mimusops elengi 34,29
20  Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95
21.  Sempur Dilenia retusa 24,24
22.  Khaya Khaya anthotheca 21,90
23.  Merbau pantai Intsia bijuga 19,25
24.  Akasia Acacia mangium 15,19
25.  Angsana Pterocarpus indicus 11,12
26.  Asam kranji Pithecelobium dulce 8,48
27.  Saputangan Maniltoa grandiflora 8,26
28.  Dadap merah Erythrina cristagalli 4,55
29.  Rambutan Nephelium lappaceum 2,19
30.  Asam Tamarindus indica 1,49
31.  Kempas Coompasia excelsa 0,20

akasia mangium

Acacia mangium adalah tanaman kayu anggota dari marga Acacia yang banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. [2] Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak, karena menunjukkan pertumbuhan yang baik maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai tanaman hutan.[2]

Morfologi

Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10 meter. [3]Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang.[4] Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun.[5] Daun ini sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. [5] Acacia mangium dapat tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, meskipun demikian tanaman ini membutuhkan perawatan khusus jika ditanam sebagai tanaman kebun karena daunnya yang banyak berguguran.[6]

 


 

suren (toona sureni)

Suren ( Toona sureni ) dikenal dengan berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh, seperti surian (Sumatra); surian wangi ( Malaysia ); danupra ( Philippina); ye tama (Myanmar); surian ( Thailand) dan nama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan.
Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 2.700 m dpl dengan temperature 22ºC. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai winbreak di perkebunan teh.


Deskripsi Pohon
Pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan secara sekilas, yaitu :
1. Batang
Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.
2. Daun
Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.
3. Bunga
Kedudukan bunga adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.
4. Buah
Buah : musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon seperti meranggas/tidak berdaun.
Benih : Warna benih coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih.
Ekstraksi : Buah disimpan diatas tampah kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai buah di atas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi dapat dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah.
5. K a y u
Gubal kayu suren berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.


A     B
Persemaian
6. Viabilitas benih
Benih suren mempunyai kadar air awal sekitar 11% sehingga viabilitasnya akan turun setelah 2 3 bulan. Apabila disimpan dalam ruang AC (18º-20ºC) dapat bertahan sampai 5 bulan dengan daya kecambah 56%.
7. Perkecambahan / Persemaian
Secara umum, benih suren dapat dikecambahkan dengan menabur benih dalam bedengan maupun polibag ( Gambar 1 A ). tetapi untuk praktisnya dapat dilakukan dengan cara menggantung rangkaian buah di atas bedengan dan buah akan merekah dengan sendirinya dan benih tidak akan terbang jauh, setelah itu disapih ke dalam polibag. Sedangkan cara lain yaitu dengan menabur benih di dalam bak kecambah ( Gambar 1 B ). Media kecambah digunakan campuran tanah+pasir (1:1) dan setelah benih ditabur ditutup dengan media yang sama. Setelah berumur 2 - 3 minggu (berdaun 2) semai dapat dipindahkan ke polibag ukuran 10 x 12 cm.
8. Pembibitan
Media yang digunakan campuran tanah+pasir+kompos (7:2:1) dan setiap 1 m³ media ditambahkan pupuk TSP 1 sendok makan (5gr), kemudian masukkan ke dalam polibag ukuran 10x12 cm. Semai disimpan di bawah naungan (shadingnet) dengan intensitas cahaya 90%. Setelah berumur 3 bulan dipersemaian dapat dipindahkan ke lapangan.

trembesi (ki hujan)

Trembesi (Albizia saman sinonim Samanea saman) disebut juga Pohon Hujan atau Ki Hujan merupakan tumbuhan pohon besar dengan ketinggian hingga 20 meter dan tajuknya yang sangat lebar. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai jaringan akar yang luas sehingga kurang cocok ditanam di pekarangan karena bisa merusak bangunan dan jalan.
Akhir-akhir ini pemerintah, dalam rangka gerakan one man one tree menggalakkan penanaman pohon Trembesi (Ki Hujan) di seluruh wilayah Indonesia karena diyakini dari satu batang Trembesi dewasa mampu menyerap 28 ton karbondioksida (CO2) pertahunnya. Bahkan di Istana Negara, terdapat 2 batang pohon Trembesi yang ditanam oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno yang masih terpelihara dengan baik hingga kini.
Pohon Trembesi (Albizia saman) disebut juga sebagai Pohon Hujan atau Ki Hujan lantaran air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia tanaman pohon ini sering disebut sebagai Kayu Ambon (Melayu), Trembesi, Munggur, Punggur, Meh (Jawa), Ki Hujan (Sunda).
Dalam bahasa Inggris pohon ini mempunyai beberapa nama seperti, East Indian Walnut, Rain Tree, Saman Tree, Acacia Preta, dan False Powder Puff. Di beberapa negara Pohon Trembesi ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India), Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis)
Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Meksiko, Peru dan Brazil namun sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis termasuk ke Indonesia.
Ciri-ciri Pohon Trembesi. Pohon Trembesi (Ki Hujan) mempunyai batang yang besar, bulat dan tinggi antara 10-20 meter. Permukaan batangnya beralur, kasar dan berwarna coklat kehitam-hitaman.
Daunnya majemuk dan menyirip ganda. Tiap helai daun berbentuk bulat memanjang dengan panjang antara 2-6 cm dan lebar antara 1-4 cm dengan tepi daun rata. Warna daun hijau dengan permukaan licin dan tulang daun menyirip.
Bunga Trembesi berwarna merah kekuningan. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara 30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman.
Pemanfaatan Pohon Trembesi. Pohon Trembesi (Albizia saman) banyak ditanam di pinggir jalan dan pekarangan yang luas sebagai pohon peneduh. Oleh Perum Perhutani, Pohon Trembesi banyak ditanam sebagai peneduh di Tempat Penimbunan Kayu (TPK).
Tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat ditambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga mampu menyerap air dengan maksimal, pohon ini dipercaya mampu memberikan kontribusi dalam menanggulangi pencemaran udara dan ancaman pemanasan global. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ir. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg karbondioksida (CO2) setiap tahunnya.
Batang Trembesi dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bijinya yang biasa disebut “Mindhik” (Siter atau Godril) selain dapat dibuat makanan ringan (semacam kwaci) juga berkhasiat sebagai obat pencuci perut dengan cara diseduh dengan air panas. Daunnyapun ternyata mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit kulit.
Sayangnya pohon ini mempunyai jaringan akar yang besar dan luas sehingga sering kali merusak bangunan di sekitarnya. Selain itu tajuknya yang lebar dan daunnya yang rimbun sering kali menghambat pertumbuhan pepohonan lain yang berada di bawahnya.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Fabales; Famili: Fabaceae; Upafamili: Mimosoideae; Genus: Albizia; Spesies: Albizia saman; Nama binomial: Albizia saman (Jacq.) Merr.

jabon,jati thailand teak


Sejenis kayu keras yang pertumbuhanya sangat cepat dapat tumbuh cepat dan subur.Kayu Jabon dapat hidup di tanah Lempung,pod solid,tanah liat,tanah berbatu dan lain-lain.Saat ini kayu Jabon menjadi andalan industri perkayuan seperti:kayu lapis,plywod,industri mebel,plup produsen peti buah,mainan anak-anak,korek api,alas sepatu,papan,triplek dan lain-lain.Nilai Eksport ke negara industri maju sebagai kayu bubur kertas seperti di Jepang.
KEUNGGULAN
  1. Tumbuh sangat cepat di bandingkan kayu keras lainnya.
  2. Tidak memerlukan perawatan khusus.
  3. – + tahun 1993 – 2009 belum di temukan penyakit yang mematikan seperti Tumor karat (Albasia).
  4. Tidak memerlukan pemangkasan,karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok dengan sendirinya (Selfpurning).
  5. Masa produksi jabon yang sangat singkat 4 – 5 tahun sudah bisa panen.
  6. Berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus.
  7. Harga jual jauh lebih tinggi.
  8. Di saat ini – + 1 – 1,2 juta/m³.Dan masih banyak lagi keistimewaan Jabon.
Tanaman Jabon bagai Tanaman Emas
Masa produksi yang begitu cepat 4 -5 tahun saat ini Jabon sebagai kayu andalan industri maju perkayuan.Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring albasia sebagai kayu andalan industri nyaris punah terserang berbagai penyakit yang mematikan.Jadi bisa di katakan masa mendatang 5-10 tahun Jabon akan terus melambung – + 1,5 juta/ m³.Belum lagi pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil penebangan hutan alam akibatnya banyak industri cukup kekurangan pasokan kayu.

Rabu, 19 Januari 2011

jeruk cikoneng identitas flora kabupaten sumedang

JERUK CIKONENG (Citrus maxima (Burm.) Merr. kultivar ‘Cikoneng’)
Buah Jeruk Cikoneng mempunyai rasa yang khas dan manis. Buah Jeruk ini selain dimakan segar sebagai buah meja, kadang-kadang juga dibuat rujak atau diambil ekstraknya untuk dibuat jus. Bunganya yang harum dapat untuk bahan parfum. JERUK CIKONENG
(Citrus maxima (Burm.) Merr. kultivar ‘Cikoneng’)
Nama lain         : Jeruk Besar
Suku                : Rutaceae
Latar Belakang
Asal-usul Jeruk ini belum dapat dipastikan. Ada yang menganggap berasal dari kawasan Malaysia. Jenis ini telah tersebar sampai di Indo China, Cina bagian selatan, Jepang dan kearah barat sampai di India dan Amerika tropika.
Di Indonesia dikenal ada 3 kultivar Jeruk Besar yang sangat popular, yaitu kultivar Jeruk Bali, Jeruk Madiun dan Jeruk Cikoneng. Buah Jeruk Cikoneng mempunyai rasa yang khas dan manis. Buah Jeruk ini selain dimakan segar sebagai buah meja, kadang-kadang juga dibuat rujak atau diambil ekstraknya untuk dibuat jus. Bunganya yang harum dapat untuk bahan parfum. Daun, bunga, buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan untuk mengobati sakit batuk, demam dan sakit perut.
Daerah Kabupaten Sumedang merupakan sentra penghasil utama Jeruk Cikoneng. Namun akhir-akhir ini Jeruk Cikoneng sudah mulai jarang dapat ditemukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengembangan dan pelestarian Jeruk Cikoneng maka pemerintah daerah Kabupaten Sumedang memilih Jeruk ini  sebagai flora identitas daerahnya. Dengan dipilihnya Jeruk Cikoneng diharapkan pula adanya peningkatan/penambahan penghasilan petani jeruk dan pendapatan daerah.
Pertelaan
Pohon mencapai tinggi 15 m, percabangan menyebar, berduri atau tanpa duri. Daun bundar telur sampai jorong, terdapat bercak-bercak kelenjar minyak, tangkai daun bersayap melebar, sayap berbentuk jantung terbalik. Perbungaan di ketiak, dengan satu atau beberapa bunga yang mengelompok; bunga besar, berbulu, mahkota putih krem, benang sari 20 – 35. Buah buni, agak bulat, kuning kehijauan dengan bercak-bercak kelenjar yang padat, berkulit tebal, bagian vesikula merah jingga, rasa manis. Biji ada beberapa, besar dan kekuningan.
Ekologi
Tumbuh di daerah dataran rendah tropika, rata-rata suhu antara 25◦ dan 30◦ C dan musim kering berakhir untuk 3 sampai 5 bulan serta curah hujan tahunan 1500 – 1800 mm. Toleran terhadap berbagai tipe tanah mulai dari tanah pasir kasar sampai tanah liat berat. Tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut.
Pembudidayaan
Jeruk Cikoneng biasanya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Cara perbanyakan yang umumnya dilakukan adalah dengan mencangkok sedangkan perbanyakan dari biji jarang dilakukan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan pertunasan.
Musim berbuah
Musim berbuahnya bulan April sampai Juni.